Diantara ciri khas yang membedakan satu desa wisata dengan desa wisata yang lainnya diantaranya adalah penekanan pada aspek alam dan pertanian, budaya dan kerajinan. Meski berakar dari basis yang sama, namun pengembangannya berbeda-beda. Kampung Wisata Garongan, misalnya berbeda dengan kampung wisata Kelor. Kampung wisata Garongan memfokuskan diri pada pasar ikan, buah peppino dan kesenian tradisional sedangkan kampung wisata Kelor memfokuskan pada kebun salak pondoh, wisata sejarah (peninggalan joglo dan kemerdekaan) dan kesenian tradisional. Sepintas kelihatan sama, nama citarasa keduanya berbeda.
Berdasarkan obyek-obyek yang ditawarkan tersebut dapat dikatakan bahwa wisata pedesaan tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk Eco-Tourism yang dewasa ini baru gencar-gencarnya dikembangkan di seluruh dunia. Sebagaimana sebuah desa wisata di Nepal yang bisa "dijual" dengan mudah karena citra Nepal sebagai tempat wisata spiritual dan pegunungan. Sedangkan sebuah desa wisata di Eropa yang menawarkan paket wisata desa penghasil anggur terbaik di dunia. Bagaimanakah dengan Indonesia ?
Banyak sekali desa wisata di Indonesia yang berhasil adalah yang berada di Pulau Bali, karena kultur dan budaya Bali sangat mendukung berikut promosi yang dilakukan berbagai pihak yang berkompeten. Di wilayah Sleman,tingkat hunian belum optimal (sumber : Media Indonesia) karena selama ini upaya-upaya yang dilakukan tidak kontinyu. Oleh karena itu, agar bisa dibentuk desa wisata yang bagus, maka upaya yang dilakukan haruslah digarap serius dan persistent. Tanpa itu, maka desa wisata yang maju, hanyalah menjadi sebuah impian belaka. Bukanlah sesuatu yang berlebihan apabila pada PILKADA mendatang, rakyat Sleman memilih Bupati yang memiliki program yang serius menangani desa wisata ini. MAD.
No comments:
Post a Comment