Apakah
salak hasil panen dijual sebagai buah segar ataukah diproduksi menjadi keripik
salak? Sebuah pertanyaan yang sering dihadapi oleh petani tatkala memanen
komoditas hasil pertanian. Tentunya bagi petani jawabannya adalah, “untung mana
antara dijual dengan diolah ?”. Pertanyaan yang sederhana, namun akan berdampak
pada rantai nilai maupun rantai pasok komoditas pertanian. Produsen keripik
salak akan mencari salak yang sesuai dengan kualitas, harga salak serta biaya
produksi. Apabila petani salak hanya mempertimbangkan seberapa marjin apabila
menjual sebagai buah kepada tengkulak atau produsen keripik, maka produsen
harus mempertimbangkan kualitas, harga, biaya produksi dan marjin apabila
dijual. Menguntungkan atau tidak bagi produsen jauh lebih kompleks dibandingkan
petani salak, mengingat resiko menanam salak lebih kecil dibandingkan menanam
tanaman lain di lahan mereka. Penanaman salak mahal pada saat pertama kali menanam
atau biaya set-up besar. Perilaku pelaku dalam rantai pasok sangat bergantung
pada rantai nilai salak yang tergantung pada ketersediaan salak sepanjang
tahun. Masa panen buah salak berkisar antara 2 hingga 3 tahun sejak masa tanam.
Dalam dunia pertanian, biasanya petani yang sukses adalah yang sekaligus berperan sebagai tengkulak atau pengepul. Posisi sebagai pengepul memungkinkan petani mengerti dinamika harga. Namun, seorang pengusaha pertanian dapat berperan sebagai petani, pengepul maupun produsen hasil olahan sekaligus, sehingga ia bisa menentukan kapan menjual komoditas segar maupun kapan ia harus memproduksi. Pada saat surplus salak yang biasanya diikuti dengan penurunan harga sesuai dengan hukum supply demand ekonomis ia dapat memproduksi salak dengan grade rendah menjadi produk olahan. Sebaliknya pada saat minus salak, yang biasanya diikuti penurunan harga, pengusaha dapat menjual produk segar. Perspektif ini merupakan perspektif hulu pertanian. Sedangkan perspektif permintaan hasil pertanian harus mempertimbangkan permintaan puncak dan permintaan rendah produk olahan.
Rantai Nilai Salak Pondoh Sleman |
Apakah
yang harus diproduksi dan dijual ?
Apa yang harus diproduksi
tentunya memerlukan pengetahuan mengenai bahan salak, produksi dan pengetahuan
tentang produk dan pemasaran. Produk olahan salak bisa berupa keripik salak,
dodol salak, dawet salak, bakpia salak, kerupuk salak, sirop rasa salak, kurma
salak maupun manisan salak. Sedangkan produk olahan limbah salak bisa berupa
bio-etanol, kerajinan tas dan kopi biji salak.
Bagaimana
mengintegrasikan produk olahan salak dengan agrowisata
Potensi pertanian Sleman
memungkinkan Sleman menghasilkan berbagai komoditas pertanian. Namun, masih ada
lagi potensi Sleman yang dapat digali, yaitu membangun agrowisata. Agrowisata
dapat mendatangkan trickle-effect bagi hasil bumi sekaligus olahan hasil bumi.
Pertanian, industri pertanian dan agrowisata dapat memberikan nilai tambah pada
wilayah Sleman bagian utara. Hasil pertanian maupun hasil agroindustri dapat
dijual bersamaan dengan moments-of-truth dari industri wisata. Value-added
agrowisata dapat meingkatkan value-added industri kecil. Hal ini bisa dikatikan
pula dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).
No comments:
Post a Comment